Rangkuman Berapresiasi Seni Rupa K13
Karena aku paling males kalo baca materi di buku paket yang banyak banget penjelasan gajenya. Contohnya di buku senbud K13. Makanya aku selalu bikin rangkuman dari buku paket itu sendiri. Dan nggak sia-sia, karena isi rangkuman ku selalu masuk di Ujian Percobaan UAS, UTS, UAS, dll. Makanya aku jarang bawa buku paket senbud ke sekolah. Disini aku bakal nge share rangkuman senbud ku. Ini materinya diambil dari buku senbud K13 yang dipake pas zaman ku. kira-kira 2015 lah.
BAB 1
Berapresiasi Seni Rupa
BAB 1
Berapresiasi Seni Rupa
Apresiasi
seni rupa adalah aktivitas mengindra karya seni rupa, merasakan, menikmati,
menghayati dan menghargai nilai-nilai keindahan dalam karya seni serta
menghormati keberagaman konsep dan variasi konvensi artistik eksistensi dunia
seni rupa.
Secara teoretik
menurut Brent G. Wilson dalam bukunya Evaluation
of Learning in Art Education; apresiasi seni memiliki tiga domain,
yakni perasaan (feeling), terkait
dengan perasaan keindahan, penilaian (valuing) terkait
dengan nilai seni, dan empati (emphatizing),
terkait dengan sikap hormat kepada dunia seni rupa, termasuk kepada profesi
perupa (pelukis, pepatung, pegrafis, pekeramik, pedesain, pekria, dll).
A.
Pengembangan Sikap Apresiatif Seni Rupa
“Sense
of beauty”, rasa keindahan. Senantiasa rasa keindahan berperan memandu
prilaku kita untuk memilih apa yang kita anggap menampilkan citra harmonis,
yang pada umumnya kita sebut tampan, gagah, cantik, ayu, rapi dalam bahasa
sehari-hari, yaitu penggunaan kata “lain” menyebut fenomena keindahan. Seni
terdapat dimana-mana, saat kita memilih busana, memilih alat rumah tinggal,
benda-benda yang ada pada kehidupan di desa seperti batik, keris, dsb. Hal-hal
yang terdapat di pedalaman, dll.
Itulah
sebabnya kesenian secara antropologis ditempatkan sebagai unsur kebudayaan yang
universal, sama seperti rasa keindahan yang juga bersifat universal. Tingkat
kepekaan perasaan keindahan akan berkembang lewat kegiatan menerima (sikap
terbuka) kepada semua manifestasi seni rupa, mengapresiasi aspek keindahan dan
maknanya (seni lukis, seni patung, seni grafis, desain, dan kria) menghargai
aspek keindahan dan kegunaannya (desain produk atau industri, desain interior,
desain komunikasi visual, desain tekstil, dan berbagai karya kria (kria keramik,
tekstil, kulit, kayu, logam dan lain-lain). Melalui proses penginderaan, kita
mendapatkan pengalaman estetis. Dari proses penghayatan yang intens, kita akan
mengamalkan rasa keindahan yang dianugerahkan Tuhan itu dalam kehidupan
keseharian. Kemampuan mengamati karya seni rupa murni dan seni rupa terapan,
dalam arti praksis adalah kemampuan mengklasifikasi, mendeskripsi, menjelaskan,
menganalisis, menafsirkan dan mengevaluasi serta menyimpulkan makna karya seni.
Aktivitas ini dapat dilatihkan sebagai kemampuan apresiatif secara lisan maupun
tulisan. Aktivitas pendukung, seperti membaca teori seni, termasuk sejarah seni
dan reputasi seniman, dialog dengan tokoh seniman serta budayawan, merupakan
pelengkap kemampuan berapresiasi, sehingga para siswa dapat menyertakan
argumentasi yang logis dalam meyimpulkan makna seni.
Secara
psikologis pengalaman pengindraan karya seni itu berurutan dari sensasi (reaksi
panca indra kita mengamati seni), emosi (rasa keindahan), impresi (kesan
pencerapan), interpretasi (penafsiran makna seni), apresiasi (menerima dan
menghargai makna seni, dan evaluasi (menyimpulkan nilai seni). Aktivitas ini berlangsung
ketika seseorang mengindra karya seni, biasanya sensasi tersebut diikuti dengan
aktivitas berasosiasi, melakukan komparasi, analogi, diferensiasi, dan sintesis.
Pada umumnya karya seni yang dinilai baik akan memberikan kepuasan spiritual
dan intelektual bagi pengamatnya.
B.
Pengembangan Sikap Empati kepada Profesi Seniman dan Budayawan
Untuk meningkatkan sensitivitas kemampuan mengapresiasi keindahan serta harmoni
mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu
menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga
mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. Pengenalan akan tokoh-tokoh seni
budaya dan reputasinya, kontribusi mereka bagi masyarakat dan bangsa, atau bagi
kemanusiaan pada umumnya, adalah upaya nyata mengembangkan perasaan simpati,
yang jika dilakukan berulangulang akan meningkat menjadi perasaan empati.
C.
Mengamalkan Prilaku Manusia Berbudaya dalam Kehidupan Bermasyarakat
Kata budaya berasal dari bahasa sansekerta, buddayah bentuk jamak
dari kata budhi yang berarti akal dan nalar. kata kebudayaan diartikan dengan
budi, akal, dan nalar. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan
berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan
belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Kebudayaan
memiliki tiga wujud, (1) kebudayaan sebagai konsep, (2) aktivitas, dan (3) artefak. Dengan klasifikasi seperti ini seluruh
aktivitas interaksi manusia dengan Tuhan, masyarakat, dengan alam, semuanya adalah
kebudayaan.
Kata budaya sering juga dipadankan dengan kata adab, yang menunjukkan
unsur-unsur budi luhur dan indah, misalnya kesenian, sopan santun, dan ilmu pengetahuan,
adalah peradaban atau kebudayaan. Namun menurut Van
Peursen dewasa ini, filsafat kebudayaan modern akan meninjau kebudayaan
terutama dari sudut policy tertentu, sebagai satu strategi atau
masterplan bagi hari depan. Kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap
orang dan setiap kelompok orang-orang; berlainan dengan hewan-hewan maka
manusia tidak hidup begitu saja ditengahtengah alam, melainkan selalu mengubah
alam itu.
D.
Interaksi dan Komunikasi Efektif dengan Lingkungan Seni Budaya
Sikap demokratis misalnya akan tercermin ketika siswa mengacu kepada prinsip
diferensiasi dan tidak diskriminatif, hal ini akan terjadi bila ia memberi
peluang yang sama kepada semua anggota panitia mengemukakan pendapat untuk
menentukan, misalnya, tema pameran. Sikap toleran akan tercermin ketika siswa
dapat menerima perbedaan pendapat dalam aktivitas mengapresiasi seni, karena
dari kajian yang dilakukannya dalam menafsirkan data pengamatan perbedaan respons
estetik adalah sesuatu yang wajar. Sebab dia tahu pada dasarnya seni dapat
dipersepsi secara berbeda. Sikap etis akan tercermin bila siswa dalam kegiatan
diskusi yang hangat, tidak mengucapkan kata-kata atau menunjukkan prilaku yang
bernada melecehkan, menertawakan, merendahkan, menghina, atau katalain yang
setara dengan itu.
E.
Rangkuman
Apresiasi seni rupa adalah aktivitas mengindra karya seni rupa,
menghargai nilai-nilai keindahan, keberagaman, dan kaidah artistik eksistensi
dunia seni rupa. Sikap apresiatif ini terbentuk, atas kesadaran akan kontribusi
para seniman bagi bangsa dan negara, atau bagi nilai-nilai kemanusiaan pada
umumnya. Pengenalan akan tokoh-tokoh budaya, perupa murni, pedesain, pekria, dan
reputasinya, adalah upaya nyata mengembangkan perasaan simpati, yang jika
dilakukan berulang-ulang akan meningkat menjadi perasaan empati.
BAB
2
Berkarya
Seni Rupa
A.
Berekspresi
Pelaksanaan aktivitas kreasi seni lukis adalah kegiatan merealisasikan
konsep seni sebagai ekspresi. Proses kreatif berekspresi ini antara lain,
memerlukan persiapan:
1.
Mengamati
2.
Menanyakan
3.
Mencoba
4.
Menalar
Dari sejumlah
sketsa yang telah anda buat itu, analisis kekuatan dan kelemahan setiap sketsa.
baik dari aspek konseptual, visual, dan kemungkinan penggunaan media (bahan
baku seni) teknik berkarya yang sesuai, dan tetapkan salah satu sketsa yang paling
representatif memenuhi harapan anda. Dan kemudian berekspresilah dengan penuh
rasa percaya diri.
5.
Menyajikan
B.
Rangkuman
Berekspresi adalah salah satu kebutuhan hidup manusia, realitas internal
kehidupan spiritual siswa membutuhkan penyaluran, agar dapat mencapai
keseimbangan kehidupan rohaniah yang sehat. Proses mengamati, menanyakan,
mencoba, menalar, dan menyaji adalah aktivitas proses kreasi yang lebih
bersifat objektif. Dengan memadukan realitas internal yang subjektif dengan
pendekatan objektif diharapkan siswa mendapatkan pengalaman yang berharga, yakni
keharmonisan antar kehidupan batiniah dan kehidupan lahiriah. Dari proses
kegiatan berekspresi ini potensi artistik para siswa akan berkembang, dan karya-karya
siswa adalah objek-objek real tentang apa yang mereka harapkan, inginkan, dan
sudah pasti merupakan dokumen penting bagi kehidupan psikologis mereka.
C.
Refleksi
Aktivitas berekspresi dalam penciptaan lukisan di samping menghasilkan
karya seni lukis, sebagai benda seni yang mengandung nilai keindahan dan makna
seni. Juga berfungsi sebagai katarsis atau terapi bagi pelaku kreatifnya
sendiri. Sedangkan bagi para psikolog, karya lukisan yang diciptakan para siswa
itu, merupakan data kehidupan psikologis yang dapat dipakai sebagai objek
penelitian. Untuk, misalnya, mengetahui realitas kehidupan emosional, intelektual,
imajinasi para siswa kita.
E.
Bereksperimen
Dalam konteks proses kreatif, Guilford
dalam Semiawan, Dimensi Kreatif dalam Filasafat Ilmu menyebutkan; sifat
fluensi, fleksibilitas, orisinalitas, elaborasi, dan redefinisi adalah
kemampuan yang perlu dikembangkan melalui aktivitas eksperimen. Fluensi terkait
langsung dengan kesigapan, kelancaran, dan kemampuan melahirkan banyak gagasan.
Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan
dalam memecahkan masalah. Sedangkan orisinalitas adalah kemampuan mencetuskan
gagasan-gagasan asli. Dan redefinisi adalah kemampuan merumuskan
batasan-batasan dari sudut pandang lain dari pada cara-cara yang sudah lazim.
Misalnya lukisan secara konvensional didefinisikan sebagai karya seni dua
dimensioanal, batasan ini dianggap oleh sebagian pelukis kreatif mengekang kreativitas.
Dengan sengaja mereka membuat lukisan dalam wujud tiga dimensional (bentuk
piramid tiga dimensi). Ini adalah redefinisi bentuk seni.
1.
Penciptaan Seni Rupa Murni
Merupakan kegiatan berkarya untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
pengalaman kehidupan menjadi perwujudan visual dilandasi kepekaan artistik.
Kepekaan artistik mengandung arti, memerlukan kemampuan mengelola atau
mengorganisir elemen-elemen visual untuk mewujudkan gagasan menjadi karya
nyata.
a.
Aspek Konseptual
1) Penemuan Sumber Inspirasi
Titik tolak penciptaan karya seni rupa murni adalah penemuan gagasan. (1)
berasal dari realitas internal, perambahan kehidupan spiritual (psikologis)
kita sendiri. Misalnya harapan, cita-cita, emosi, nalar, intuisi, gairah,
kepribadian dan pengalaman-pengalaman kejiwaan lain yang kadangkala belum
teridentifikasi dengan bahasa. Dengan kata lain, gagasan seni timbul dari
kebutuhan kita sebagai manusia untuk berekspresi. (2) berasal dari realitas
eksternal, yaitu hubungan pribadi kita dengan Tuhan (tema religius), hubungan
pribadi kita dengan sesama (tema sosial: keadilan, kemiskinan, nasionalisme),
hubungan pribadi kita dengan alam (tema: lingkungan, keindahan alam) dan lain
sebagainya.
2) Penetapan Interes Seni
(1) interes pragmatis, menempatkan seni sebagai instrumen pencapaian
tujuan tertentu. Misalnya tujuan nasional, moral, politik, dakwah, dan
lain-lain. (2) interes reflektif, menempatkan seni sebagai pencerminan realitas
aktual (fakta dan kenyataan kehidupan) dan realitas khayali (realitas yang kita
bayangkan sebagai sesuatu yang ideal). dan (3) interes estetis, berupaya
melepaskan seni dari nilai-nilai pragmatis dan instrumentalis. Jadi interes estetis
mengeksplorasi nilai-nilai estetik secara mandiri (seni untuk seni). Dengan
menetapkan interes seni, kita akan lebih memahami tujuan kita menciptakan
karya.
3) Penetapan Interes Bentuk
(1) bentuk figuratif, yakni karya seni rupa yang menggambarkan figur yang
kita kenal sebagai objek-objek alami, manusia, hewan, tumbuhan, gunung, laut
dan lain-lain yang digambarkan dengan cara meniru rupa dan warna bendabenda tersebut.
(2) bentuk semi figuratif, yakni karya seni rupa yang “setengah figuratif”,
masih menggambarkan figur atau kenyataan alamiah, tetapi bentuk dan warnanya telah
mengalami distorsi, deformasi, stilasi, oleh perupa. Jadi bentuk tidak meniru
rupa sesungguhnya, tetapi dirubah untuk kepentingan pemaknaan, misalnya, bentuk
tubuh manusia diperpanjang, atau patung dewa yang bertangan banyak, bentuk
gunung atau arsitektur yang disederhanakan atau digayakan untuk mencapai efek estetis
dan artistik. (3) bentuk nonfiguratif, adalah karyakarya seni rupa yang sama
sekali tidak menggambarkan bentuk-bentuk alamiah, jadi tanpa figur atau tanpa
objek (karenanya disebut pula seni rupa non objektif). Karyakarya seni rupa non
figuratif, jadinya merupakan susunan unsur-unsur visual yang ditata sedemikian
rupa untuk menghasilkan satu karya yang indah. Istilah lain menyebut karya seni
rupa non figuratif adalah karya seni abstrak. Pada umumya karya abstrak yang
berhasil adalah karya yang memiliki “bentuk bermakna”. Artinya sebuah karya seni
yang memiliki kapasitas membangkitkan pengalaman estetis bagi orang yang
mengamatinya. Dengan kata lain karya seni yang dapat membangkitkan perasaan
yang menyenangkan, yaitu rasa keindahan.
4) Penetapan Prinsip estetik
(1) pramodern, prinsip estetika yang memandang seni sebagai aktivitas merepresentasi
bentuk-bentuk alam, atau aktivitas pelestarian kaidah estetik tradisional (2)
modern, prinsip estetika yang memandang seni sebagai aktivitas kreatif, yang mengutamakan
aspek penemuan, orisinalitas, dan gaya pribadi atau personality. (3)
posmodern, prinsip estetika yang memandang seni sebagai aktivitas permaianan
tanda yang hiperriil dan ironik, sifatnya eklektik (meminjam dan memadu gaya
seni lama) dan menyajikannya sebagai pencerminan budaya konsumerisme masa kini.
b.
Aspek Visual
1) Struktur Visual.
perlu ditegaskan lebih spesifik dalam subject matter, masalah
pokok atau tema seni yang akan diciptakan. Misalnya tema sosial: kemiskinan, dengan
pilihan objek “pengemis”.
2) Komposisi.
Dengan memperhatikan empat prinsip pokok komposisi, yaitu: proporsi,
keseimbangan, irama, dan kesatuan untuk memperlihatkan karakteristik keunikan
pribadi kita.
3) Gaya pribadi
Gaya pribadi akan lebih mudah terlihat apabila kebebasan berkreasi diberikan,
2.
Aspek Operasional
(1) Tahap persiapan. pengadaan dan pengolahan bahan utama, bahan
pendukung, dan pengadaan peralatan. (2) Tahap Pelaksanaan, berkenaan dengan
pengalaman artistik, aktivitas proses kreasi dari awal hingga selesai. (3)
Tahap akhir, karya seni rupa yang sudah diciptakan, masih membutuhkan tindakan-tindakan
khusus supaya siap dipamerkan. Jenis karya seni rupa tertentu memerlukan
pembersihan menyeluruh, lapisan pengawet (coating), atau lembaran kaca
dan bingkai. Jenis lain membutuhkan kemasan. Semuanya harus digarap dengan
baik, sampai sebuah karya seni rupa dikatakan siap pamer.
F.
Pengertian Dasar Seni Lukis
1.
Ruang lingkup seni lukis
Karena sesungguhnya seni lukis itu memiliki keberagaman dan memiliki banyak
aliran, yang satu sama lain di samping mempunyai persamaan, juga tidak jarang
saling bertentangan secara diametral.
Secara teknis lukisan adalah pembubuhan pigmen atau wama dengan bahan
pelarut di atas permukaan bidang dasar, seperti pada kanvas, panel untuk
menghasilkan sensasi atau ilusi ruang, gerakan, tekstur, untuk mengekspresikan
berbagai makna atau nilai subjektif, baik yang sifatnya intelektual, emosi, simbolik,
relegius, dan lain-lain.
Selanjutnya Herbert Read mengatakan Seni lukis adalah penggunaan garis,
warna, tekstur, ruang dan bentuk, shape, pada suatu permukaan, yang bertujuan
menciptakan berbagai image. Image-image tersebut bisa merupakan pengekspresian
ide-ide, emosi, dan pengalaman-pengalaman, yang dibentuk sedemikian rupa
sehingga mencapai harmoni. Pengalaman yang diekspresikan itu adalah pengalaman
yang berisi keindahan atau pengalaman estetik.
Menurut Edmund Burke Feldman pengekspresian itu menggunakan (1)
Unsur-unsur visual, yang terdiri dari garis, warna, bentuk, tekstur dan ruang
atau gelap terang, (2) Organisasi dari unsur-unsur tersebut, yang meliputi kesatuan,
keseimbangan, irama dan perbandingan ukuran.
Dari sisi lain, kritikus seni rupa Dan Suwaryono Mengemukakan bahwa seni
lukis memiliki dua faktor. (1) Faktor Ideoplastis: ide, pendapat, pengalaman,
emosi, fantasi, dan lain-lain. Faktor ini lebih bersifat rohaniah yang
mendasari penciptaan seni lukis. (2) Faktor Fisioplastis: menyangkut masalah
teknis, termasuk organisasi elemen-elemen visual seperti garis, warna tekstur,
ruang, bentuk (shape) dengan prinsip-prinsipnya. Dengan demikian faktor
ini lebih bersifat fisik dalam arti seni lukisnya itu sendiri.
Seni lukis adalah wujud ekspresi yang harus dipandang secara utuh.
Keutuhan wujud itu, terdiri dari ide dan organisasi elemen-elemen visual.
Elemen-elemen visual tersebut disusun sedemikian rupa oleh seorang pelukis
dalam bidang dua dimensional. Pengertian seni lukis sesungguhnya mencakup ruang
lingkup yang lebih luas dari sebuah defenisi, karena seni lukis juga mengenal istilah
lukisan dinding, miniatur, pottery, manuskrip, jambangan, mosaik,
potret, kaca, enamel, teknologis yang
dibuat dengan menggunakan media elektronik, seperti komputer.
Seni lukis yang lebih populer di tengah masyarakat dan di ajarkan di
lembaga pendidikan kesenian pada dasarnya adalah easel painting, jenis lukisan
yang berukuran lebih kecil dari lukisan dinding atau mural. Sejenis seni lukis
yang lebih fleksibel, karena para pelukis dapat membawa easel yang praktis itu
keberbagai lokasi untuk melukis di alam bebas, di samping dapat pula digunakan
berkarya di studio seni lukis.
2.
Unsur Visual
a.
Garis
Titik tunggal dalam ukuran kecil memiliki tenaga yang cukup untuk
merangsang mata kita dan dapat berperan sebagai ‘awalan’. Apabila titik digerakkan
maka dimensi panjangnya akan tampak menonjol dan sosok yang ditimbulkannya
disebut ‘garis’. Garis dapat berupa goresan yang kita buat di atas sebuah bidang,
tetapi garis dapat pula mewakili bekas roda, tiang bambu, kawat, pancaran cahaya,
ruang antara dua bangunan atau dinding, dan seterusnya. Garis dapat memberikan
kesan gerak, ide, atau simbol. Garis dapat diciptakan melalui (1) kontur, garis
paling luar dari benda yang dilukis, (2) Batas pemisah antara dua warna atau
cahaya terang dan gelap, (3) lekukan pada bidang melingkar atau memanjang lurus,
(4) batas antara dua tekstur yang berlainan.
b.
Warna
Setiap spektrum mempunyai kekuatan gelombang yang kemudian sampai pada mata
kita, sehingga kita dapat melihat wama tertentu. Pada alam terdapat dua jenis
penerima cahaya, yakni sebagai pemantul dan sebagai penyerab cahaya. Secara
fisiologi stimulasi cahaya memantulkan warna suatu objek sehingga merangsang mekanisme
mata kita, kemudian rangsangan tersebut disalurkan melalui syaraf optik ke otak,
sehingga kita dapat mengenali warna itu. Secara psikologis telah terbukti bahwa
warna dapat mempengaruhi kegiatan fisik maupun mental kita. Reaksi kita terhadap
wama bersifat instingtif dan perseorangan, karenanya sensitivitas setiap orang
juga berbeda kepada warna-warna. Pada berbagai aliran seni lukis dalam sejarah
seni rupa telah dikenal manifenstasi tatawarna tertentu, seperti skema warna klasik,
skema warna Rembrandt, dan lain sebagainya. Peran warna dalam kegiatan seni
lukis sangat esensial, baik pada masa pra modern, masa modem, maupun masa posmodern.
Pada umumnya para pelukis memanfaatkan warna untuk menyatakan gerak, jarak,
tegangan, deskripsi rupa alam, naturalis, ruang, bentuk, ekspresi atau makna
simbolik.
c.
Sifat Warna
Dalam teori warna dikenal ada tiga sifat optis, optical property, yaitu:
hue, value, dan saturation. Hue adalah tingkat kepekatan wama,
misalnya merah, merah oranye, atau hijau, biru, biru keunguan dan seterusnya.
Yang dimaksud dengan value adalah fenomena kece-merlangan dan kesuraman
wama. Nilai rendah adalah warna yang cenderung suram atau kegelapan, sementara
nilai tinggi adalah kecenderungan warna yang terang dan cemerlang. Misalnya
gejala demikian dapat kita lihat pada skala derajat warna abu-abu dari hitam ke
putih. Sedangkan saturation adalah intensitas nada warna untuk menunjukkan
wama-wama menyala, dan suram. Semakin murni penggunaan warna semakin tinggi intensitasnya,
sebaliknya semakin tidak murni penggunaan warna semakin rendah intensitasnya.
Pada tahun 1940-an seni lukis Affandi dominan menggunakan warna-wama suram atau
kusam, kemudian lukisannya berkembang kepenggunaan warnawama yang cerah.
d.
Notasi Warna
Notasi warna, color notation, adalah sistem klasifikasi atau identifikasi
warna menurut sifat-sifat optisnya. Dalam konteks ini dikenal Sistem Munsell,
Sistem Ostwald, Sistem Plochere, dan Sistem Maxwell. Tatanan warna dalam the
hues of the spectrum terdapat pada warna pelangi di alam. Sedangkan dalam
lingkaran warna, color circle, dapat dilihat warna primer, merah, biru,
dan kuning. Warna skunder, adalah hijau, ungu, oranye, ketiganya merupakan
hasil pencampuran warna primer. Warna komplementer letaknya bertolak belakang
pada lingkaran warna, misalnya merah dengan hijau, biru dengan oranye, dan kuning
dengan ungu. Terang dan gelap diungkapkan dengan warna putih dan hitam.
Sedangkan wama netral adalah warna abu-abu. Bila hue adalah nama suatu
warna, value kecerahan dan kecemerlangan wama, maka chroma adalah
sifat kualitas, intensitas, dan kejernihan warna.
e.
Warna-Warna Antara
Setelah warna primer, warna skunder, dan warna komplementer, dikenal pula
warna-warna antara, intermediate color, seperti merah oranye, merah
ungu, biru ungu, hijau biru, kuning hijau, dan oranye kuning. Sebenarnya dalam
teori warna, jumlah warna ada delapan puluh warna.
f.
Warna Hangat dan Warna Sejuk
The warm color, the cool color. Warna yang memberi efek kehangatan(panas) adalah
merah, oranye dan kuning, sementara wama hijau dan biru memberikan efek yang
menyejukkan(dingin).
g.
Warna Kromatik dan Akromatik
Warna kromatik, chromatic color, terdiri dan warna hitam, putih,
dan abu-abu, selebihnya termasuk warna akromatik, achromatic color, seperti
merah, biru, kuning, hijau, oranye dan seterusnya. Dalam seni lukis penggunaan
warna tunggal sering diartikan sebagai warna kromatik, sementara penggunaan
warna yang meriah, menggunakan banyak warna, disebut polychromatic.
h.
Warna Objek dan Warna Pigmen
Warna objek adalah warna yang terkena sinar warna spektrum, yang mengenai
mekanisme mata pengamat adalah warna spektrum dengan panjang gelombang tertentu
yang dipantulkan oleh objek pengamatan. Jika objeknya biru, maka warna spektrum
biru panjang gelombang birulah yang diserap mata pengamat. Ini berarti pantulan
warna tersebut adalah pantulan warna biru, sedangkan sisanya diserap oleh
permukaan objek tersebut. Warna pigment atau coloring material yang berupa bubuk halus
yang disatukan dengan zat pengikat, atau paint vehicle merupakan warna
cat yang dikenal luas, seperti cat air, cat poster, cat gouache, cat
tempera, cat minyak, cat akrilik, dan lain sebagainya.
3.
Ruang
Ruang, space, extens or area of ground, surface etc. Artinya, ruang
adalah keluasan dari suatu bidang atau permukaan. Dalam Design Elementer disebutkan
ruang bisa dikatakan bentuk dua atau tiga dimensional, bidang atau keluasan.
Keluasan positif atau negatif yang dibatasi oleh limit.
4.
Tekstur
Texture is quality of surface: smooth, rough, slick,
grainy, soft, or hard. Kualitas
taktil dari suatu permukaan, nilai kesan raba atau berkaitan dengan indra
peraba. Suatu struktur penggambaran permukaan objek, seperti. buah-buahan,
kulit, rambut, batu, kain, barang elektronik, dan lain sebagainya. Tekstur bisa
kasar, halus, keras, lunak, berbutir, bisa juga kasar atau licin, teratur, atau
tidak beraturan, sesuai dengan kualitas yang ingin diekspresikan. Jika
seseorang mengamati permukaan lukisan dan mendapat kesan kasar, kemudian meraba
lukisan tersebut benar-benar juga kasar. Atau sebaliknya kesan pengamatan
memberi kesan halus, ketika diraba juga halus, maka jenis tekstur seperti itu
disebut tekstur nyata, actual texture, karena antara hasil pengamatan dengan
kenyataan memiliki kualitas yang sama. Jika seseorang mendapat kesan kasar pada
pengamatan permukaan objek lukisan, sementara hasil perabaannya sesungguhnya
halus, atau kesan pengamatan halus dan kesan raba kasar, maka jenis tekstur seperti
ini disebut tekstur semu, simulated texture or synthetic texture, Karena
antara hasil pengamatan dengan kenyataan sesungguhnya tidak sama melainkan
berbeda alias tidak nyata. Biasanya tekstur seperti ini dihasilkan dari efek
permainan warna, pola, nada, dan garis.
5.
Bentuk
Bentuk, apakah realistik atau abstrak, representasional atau non representasional,
dirancang dengan cermat dan hati-hati atau dihasilkan dengan spontan. Seni
lukis, apapun jenis dan alirannya semuanya merupakan pengorganisasian elemen
rupa menjadi bentuk seni. Dalam teori seni pemakaian istilah bentuk merupakan terjemahan
dari shape, sedangkan istilah wujud merupakan terjemahan dari form. Bentuk
biasanya diartikan sebagai aspek visual, bagian-bagian yang tergabung menjadi
satu yang disebut rupa atau wujud. Dalam konteks seni rupa, wujud mengandung
pengertian yang khas, yaitu yang memberikan tatanan khusus sehingga mampu
mempengaruhi persepsi pengamat. Artinya wujud atau perupaan yang mampu merangsang
pengalaman psikologis tertentu bagi pengamat. Dalam praktiknya istilah ini
sering dipertukarkan pemakaiannya. Di Indonesia pada umumnya hanya dipergunakan
istilah bentuk untuk mengartikan rupa atau wujud karya seni. Bentuk dalam
pengertian seni lukis memiliki banyak segi, ada bentuk figuratif, bentuk semi
figuratif dan bentuk non figuratif. Bentuk figuratif bisa menghasilkan bentuk
imitatif yakni berupaya meniru segala bentuk perwujudan benda-benda alam (keindahan
pegunungan, pantai, daerah pertanian, fauna, flora, potret, dalam setting alamiahnya)
atau bentuk ciptaan manusia (seperti pabrik, kota, pelabuhan, café, dan
lain-lain) objek ini di lukis persis seperti keadaan aslinya). Karya-karya yang
dihasilkan dengan sendirinya cenderung menjadi naturalisme atau
realisme. Atau jika kehadirannya dipicu oleh
kehidupan bawah sadar pencipatanya, maka bisa pula menghasilkan karyakarya surealisme
seperti pada karya-karya Salvador Dali, Sudibio, atau Ivan
Sagito. Bentuk semi figuratif antara lain bentuk distorsif, bentuk yang telah
dirubah dari bentuk asal menjadi bentuk yang lebih estetis sesuai dengan cita
rasa penciptanya. Dengan gaya perseorangan yang khas bisa dihasilkan dengan
teknik pemanjangan, pemendekan, peninggian, pemiringan, dan perubahan-perubahan
lain dari objek yang dilukis, semuanya ditujukan untuk maksud-maksud tertentu
sebagai pengungkapan pengalaman seni perseorangan. Juga dikenal bentuk
geometris, teknik pelukisan yang menghadirkan bentuk-bentuk yang tertib, teratur,
dengan pengulangan objek atau motif tertentu sesuai dengan kebutuhan. Bentuk
dalam konteks ini bisa dihasilkan dari analisis bentuk alam menjadi bentuk dasar
dengan kebebasan yang bervariasi, seperti lukisan kubisme, optical
art dan sejenisnya. Karya yang dihasilkan bisa semi figuratif,
dan bisa pula menjadi abstrak geometris, apabila bentuk lukisan tidak lagi
menggambarkan bentuk-bentuk yang bisa diamati dalam kehidupan keseharian. Jika
pelukisan menjadi bidang warna yang datar dalam karya maka bentuk-bentuk yang
dihasilkan menjadi neo plastisisme, seperti karya Piet Mondrian, atau color
field painting, seperti karya Ellswort Kelly. Sebaliknya jika pelukisannya
disertai unsur emosi maka akan menjadi abstrak ekspresionisme seperti karya
Jackson Pollock. Atau jika bentuk itu tidak berupaya mencapai efek tiga
dimensional disebut bentuk dekoratif, seperti lukisan-lukisan tradisional Bali,
atau karya-karya Kartono Yudhokusumo, Mulyadi W. Batara Lubis dan lain-lain.
G.
Penciptaan Desain
Desain
sebagai kata kerja berarti proses penciptaan objek baru sedangkan sebagai kata
benda desain berarti hasil akhir sebuah proses kreatif baik dalam wujud
rencana, proposal, atau karya desain sebagai objek nyata.Sebagai aktivitas reka
letak atau perancangan, desain dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
akan benda-benda fugsional yang estetis. Proses kreasi desain mencakup (1)
studi pendahuluan (2) Profil Pasar dan Segmen Konsumen. (3) Alternatif Desain,
(4) Uji coba, dan (5) Standar prosedur Produksi. Pada tahap studi pendahuluan
pedesain mengkaji trend produk sejenis, aspek bahan baku, teknik dan proses
kreasi, susunan rupa, gaya, fungsi, harga, dari jenis desain yang akan
diciptakan. Mempertimbangkan faktor kebutuhan fungsional, faktor estetis,
faktor lingkungan, dan faktor kenyamanan dan keamanan masyarakat pengguna
desain, baik dalam arti fisik maupun mental. Sedangkan uji coba merupakan upaya
mendeteksi sejauh mana alternatif desain awal telah memenuhi kriteria standar
desain. Kesimpulan dari hasil analisis dan evaluasi yang dilakukan dipergunakan
untuk memperbaiki desain awal, sehingga diperoleh karya desain yang
representatif dan memuaskan.
H.
Prinsip Desain
Dalam
proses kreasi seorang pedesain biasanya memerlukan pengetahuan dasar tentang
keselarasan, kesebandingan, irama, keseimbangan dan penekanan.
1.
Keselarasan (harmony)
Dalam suatu
desain adalah keteraturan tatanan di antara bagian-bagian desain, yaitu susunan
yang seimbang, menjadi satu kesatuan yang padu dan utuh, masing-masing saling mengisi
sehingga mencapai kualitas yang disebut harmoni. Faktor keselarasan merupakan
hal utama dan penting dalam penciptaan sebuah karya desain.
2.
Kesebandingan (proportion)
Merupakan
perbandingan antar satu bagian dengan bagian lain, atau antara bagian-bagian
dengan unsur keseluruhan secara visual memberikan efek menyenangkan, artinya
tidak timpang atau janggal baik dari segi bentuk maupun warna.
3.
Irama (rythme)
Dalam
pengertian visual dapat dirasakan karena ada faktor pengulangan di atas bidang
atau dalam ruang, yang menyebabkan timbulnya efek optik seperti gerakan,
getaran, atau perpindahan dari unsur yang satu ke unsur yang lain. Faktor irama
ini kerap kali memandu mata kita mengikuti arah gerakan dalam karya desain.
4.
Keseimbangan (balance)
Keseimbangan
dapat memberikan efek formal (simetri), informal (asimetri), atau efek statik
(piramid) dan dinamik (bola) efek memusat, memencar, dan lain sebagainya. Jadi faktor
keseimbangan bertalian dengan penempatan unsur visual, keterpaduan unsur,
ukuran, atau kehadiran unsur pada keluasan bidang-ruang terjaga bila struktur
rupa serasi dan sepadan, dengan kata lain bobot tatanan rupa memberi kesan mantap
dan kukuh.
5.
Penekanan (emphasis)
Dalam
merealisasi gagasan desain, adalah penentuan faktor utama yang ditonjolkan
karena kepentingannya, ada faktor pendukung gagasan yang penyajiannya tidak
perlu mengundang perhatian, meski kehadirannya dalam keseluruhan desain tetap penting.
Prinsip penekanan dapat dilakukan dengan distorsi ukuran, bentuk, irama, arah,
warna kontras, dan lain-lain.
Wah, berguna banget ini. Makasih ya kak
BalasHapusSama-sama :)
Hapusterima kasih. teratur dan mudah dipahami. oke pokoknya
BalasHapusKok jadi tambah ribet ya
BalasHapusmantap materi nya mudah dipahami izin copy ya min😂
BalasHapusAlhamdulillah, Terima kasih bnyak yah kak ini sangat membantu sekali 🙏🤗
BalasHapus