Kerajaan Tarumanegara
Sejarah tertua yang berkaitan
dengan pengendalian banjir dan sistem pengairan adalah pada masa Kerajaan
Tarumanegara. Raja Purnawarman menggali
Sungai Candrabaga. Setelah selesai, raja mempersembahkan 1.000 ekor lembu
kepada brahmana. Berkat sungai itulah penduduk Tarumanegara menjadi makmur.
Kerajaan ini terletak tidak jauh dari pantai utara Jawa bagian barat.
Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan letak pusat Kerajaan Tarumanegara
diperkirakan berada di antara Sungai Citarum dan Cisadane, Jawa Barat. Berdasarkan
Prasasti Tugu, Purbacaraka memperkirakan pusatnya ada di daerah Bekasi.
Berkaitan dengan perkembangan Kerajaan Tarumanegara, telah ditemukan tujuh buah
prasasti. Prasasti-prasasti itu berhuruf pallawa dan berbahasa sanskerta.
Prasasti itu adalah:
1. Prasasti Tugu
Inskripsi yang dikeluarkan oleh
Purnawarman ini ditemukan di Kampung batutumbuh, Desa Tugu, dekat Tanjungpriuk,
Jakarta. Dituliskan dalam lima baris tulisan beraksara pallawa dan bahasa
sanskerta. Inskripsi tersebut isinya sebagai berikut:
“Dulu (kali yang bernama) Candrabhaga telah digali
oleh maharaja yang mulia dan mempunyai lengan kencang dan kuat, (yakni Raja
Purnawarman), untuk mengalirkannya ke laut, setelah (kali ini) sampai di istana
kerajaan yang termashur. Pada tahun ke-22 dari tahta Yang Mulia Raja Purnawarman
yang berkilauan-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi
panji-panji segala raja, (maka sekarang) beliau memerintahkan pula menggali
kali yang permai dan berair jernih, Gomati namanya, seteleh kali itu mengalir
di tengah-tengah tanah kediaman Yang Mulia Sang Pandeta Nenekda (Sang
Purnawarman). Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, tanggal delapan paroh
gelap bulan Phalguna dan selesai pada tanggal 13paroh terang bulan Caitra, jadi
hanya dalam 21 hari saja, sedang galian itu panjangnya 6.122 busur (± 11 km).
Selamatan baginya dilakukan oleh brahmana disertai persembahan 1.000 ekor
sapi”.
2. Prasasti Ciaruteun
Prasasti ini ditemukan di Kampung
Muara, Desa Ciaruteun Hilir, Cibungbulang, Bogor. Prasasti terdiri atas dua
bagian, yaitu Inskripsi A yang dipahatkan dalam empat baris tulisan berakasara
pallawa dan bahasa sanskerta, dan Inskripsi B yang terdiri dari satu baris
tulisan yang belum dapat dibaca dengan jelas. Inskripsiini disertai pula gambar
sepasang telapak kaki.
3. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti ini ditemukan di Kampung
Muara, Desa Ciaruetun Hilir, Cibungbulang, Bogor. Prasastinya dipahatkan dalam
satu baris yang diapit oleh dua buah pahatan telapak kaki gajah. Isinya sebagai
berikut:
“Di sini tampak sepasang telapak kaki……
yang seperti (telapak kaki) Airawata,
gajah penguasa Taruma (yang) agung dalam……
dan
kejayaan”.
4. Prasasti Muara Cianten
Terletak di muara Kali Cianten,
Kampung Muara, Desa Ciaruteun Hilir, Cibungbulan, Bogor. Inskripsi ini belum
dapat dibaca. Inskripsi ini dipahatkan dalam bentuk “aksara” yang menyerupai
sulur-sulsuran, dan oleh para ahli disebut aksara ikal.
5. Prasasti Jambu (Pasir Koleangkak)
Terletak di sebuah bukit (pasir)
Koleangkak, Desa Parakan Muncang, Nanggung, Bogor. Inskripsinya dituliskan
dalam dua baris tulisan dengan aksara pallawa dan bahasa sansekerta.
6. Prasasti Cidanghiang (Lebak)
Terletak di tepi kali Cidanghiang,
Desa Lebak, Munjul, Banten Selatan. Dituliskan dalam dua baris tulisan
beraksara pallawa dan bahasa sanskerta. Isinya sebagai berikut: “Inilah (tanda)
keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguhnya dari Raja Dunia, Yang
Mulia Purnwarman, yang menjadi panji sekalian raja-raja.”
7. Prasasti Pasir Awi
Inskripsi ini terdapt di sebuah
bukit bernama Pasir Awi, di kawasan perbukitan Desa Sukamakmur, Jonggol, Bogor,
Inskripsi prasasti ini tidak dapat dibaca karena inskripsi ini lebih berupa
gambar (piktograf) dari pada tulisan. Di bagian atas inskripsi terdapat
sepasang telapak kaki.
Pemerintahan dan Kehidupan Masyarakat
Kerajaan Tarumanegara mulai berkembang pada abad ke-5 M. Raja yang sangat
terkenal adalah Purnawarman. Ia dikenal sebagai raja yang gagah berani dan
tegas. Ia juga dekat dengan para brahmana, pangeran, dan rakyat. Ia raja yang
jujur, adil, dan arif dalam memerintah. Daerahnya cukup luas sampai ke daerah
Banten. Kerajaan Tarumanegara telah menjalin hubungan dengan kerajaan lain,
misalnya dengan Cina.
Sebagian besar masyarakat
Tarumanegara memeluk agama Hindu. Sedikit yang beragama Buddha dan masih ada yang
mempertahankan agama nenekMoyang (animisme) berdasarkan berita dari Fa-Hien di
To-Lo-mo (Tarumanegara) terdapat tiga agama, yakni agama Hindu, agama Buddha
dan kepercayaan animisme. Raja memeluk agama Hindu. Sebagai bukti, pada
prasasti Ciaruteun ada tapak kaki raja yang diibaratkan tapak kaki Dewa Wisnu. Sumber
Cina lainnya menyatakan bahwa, pada masa Dinasti T’ang terjadi hubungan
perdagangan dengan Jawa. Barang yang diperdagangkan adalah kulit penyu, emas,
perak, cula badak, dan gading gajah. dituliskan pula bahwa penduduk daerah itu
pandai membuat minuman keras yang terbuat dari bunga kelapa.
Rakyat Tarumanegara hidup aman dan
tenteram. Pertanian merupakan mata pencaharian pokok. Di samping itu,
perdagangan juga berkembang. Kerajaan Tarumanegara mengadakan hubungan dagang
dengan Cina dan India. Untuk memajukan bidang pertanian, raja memerintahkan
pembangunan irigasi dengan cara menggali sebuah saluran sepanjang 6112 tumbak
(±11 km). Saluran itu disebut dengan Sungai Gomati. Saluran itu selain berfungsi
sebagai irigasi juga untuk mencegah bahaya banjir.
Komentar
Posting Komentar