Jadilah Bangsa Mandiri, Stop Impor!


Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau. Termasuk ke dalam nominasi negara terbesar dan terpadat penduduknya di dunia, tidak bisa menjamin Indonesia langsung memiliki label “Negara Maju”. Kenyataannya sampai dengan saat ini, negara kita masih menjadi negara berkembang. Banyak faktor yang membuat Indonesia tak kunjung naik kelas, tak kunjung berubah dari negara berkembang menjadi negara maju. Salah satu faktornya adalah, tidak sebandingnya SDM dan SDA yang kita miliki. Indonesia tidak punya banyak SDM yang berkualitas. Walaupun SDA kita mendukung, tanpa adanya SDM yang berkualitas tidak akan banyak menghasilkan hal baik, terutama di bidang pertanian.

Kurangnya SDM yang memadai di bidang pertanian salah satu penyebabnya adalah tidak adanya ketertarikan masyarakat untuk bekerja di bidang pertanian. Dengan berbagai alasan yang kadang masuk akal dan kadang tidak, banyak orang yang mengesampingkan berkerja pada sektor pertanian. Kalau dilihat, memang banyak generasi muda yang menyandang gelar “Sarjana Pertanian” namun, menurut data dari cnnindoesia.com banyak dari mereka yang mengabdikan diri dalam jalur yang berbeda. Kalau istilahnya “pindah haluan”. Jumlah pekerja pada sektor pertanian selalu mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2013 terdapat 39,22 juta pekerja, pada tahun 2014 turun lagi hingga 38,97 juta, pada tahun 2015 kembali turun hingga  hanya terdapat 37,75 juta pekerja di sektor pertanian pada tahun 2015.

Kalau menurut pandangan beberapa orang, banyak yang mengatakan bahwa tidak melulu “banyak pekerja akan menghasilkan hasil yang banyak juga” pendapat itu memang benar adanya. Sebenarnya, tanpa SDM yang terlalu banyak pun seharusnya bisa membuat SDA di Indonesia terus berkembang, bukan malah mengalami inflasi. Tapi ini masalahnya sudah beda, sekarang kita akan mulai membahas tentang teknologi yang berkaitan dengan perkembangan peningkatan hasil pertanian yang perlahan-lahan sudah mulai diterapkan. Kita harus bisa pintar-pintar belajar dari pengalaman negara lain yang saat ini pertaniannya sudah mengalami peningkatan walaupun dengan SDM yang sedikit.

Seperti contohnya Jepang, yang menurut data yang diperoleh dari blog pameranpertanian.blogspot.co.id merupakan negara dengan sektor pertanian terbaik pertama di dunia. Dengan pemamfaatan lahan yang hanya 25% saja dan dengan pekerja yang tidak terlalu banyak, serta menggunakan teknologi pertanian yang canggih namun ramah lingkungan. Kita sebagai negara yang memiliki lahan yang luas, seharusnya tidak boleh kalah saing dengan mereka dalam peningkatan teknologi yang ada, serta memberdayakan sumber daya manusia yang tersedia.

Kalau saya di izinkan untuk sedikit berhayal di sini, hayalan saya akan jadi seperti ini. “Kalau saya mempunyai negara yang strukturnya sudah terbentuk seperti Indonesia, akan ada banyak hal di bidang pertanian yang akan saya lakukan. Yang pertama, saya akan melakukan pemetaan area khusus tanam pada setiap daerah. Hal ini ditujukan untuk meminimalisir alasan ‘tidak ada lahan untuk pertanian’ bagi setiap daerah. Dan juga bertujuan agar setiap daerah dapat memberikan sumbangsih bagi negara melalui hasil pertanian.

“Yang kedua, saya akan berupaya untuk menyadarkan masyarakat bahwa petani bukan merupakan pekerjaan yang sepele, saya akan lakukan dengan berbagai cara seperti membuat iklan, melakukan penyuluhan, dan lain sebagainya agar masyarakat dapat memiliki minat dalam bidang pertanian. Ke tiga, saya akan memberikan pelatihan dasar bagi calon pekerja tersebut agar bisa menjadi pekerja yang bisa memanfaatkan segala sesuatunya dengan seefisien mungkin.

“Yang ke empat, saya akan meningkatkan teknologi yang dapat meningkatkan keuntungan bagi sektor pertanian, misalnya dengan menerapkan ilmu biologi dan kimia dalam pertanian, tentunya penerapan ilmu tersebut dapat sangat bermanfaat, sudah ada contohnya seperti semangka tanpa biji, kita harus lebih mengembangkan peran mutasi seperti itu. Yang kelima, saya akan memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia terlebih dahulu. Baru kemudian melakukan ekspor. Kalau bisa jangan sampai kita mengimpor bahan pangan, kalau memang tidak bisa, pasti ada cara untuk meminimalisir impor tersebut.

“Yang ke enam, saya akan lebih memberikan penghargaan dengan cara lebih peduli terhadap kehidupan petani di Indonesia, karena realistis saja, orang kita tidak mau menjadi petani karna untungnya kecil. Dan masih banyak lagi hal yang rasanya ingin saya lakukan. Tentunya semua itu baru dapat terlaksana jika kita semua mau bergotong-royong”

Itulah hayalan saya untuk menimbulkan perubahan bagi bangsa ini. Sedih rasanya hanya bisa duduk diam dan berhayal seperti ini. Tapi percaya tidak percaya, hanya dengan membayangkannya saja saya bisa merasakan bagaimana rasanya hidup dalam rasa makmur karena semuanya telah tersistem dengan baik. Tanpa harus banyak berfikir, harus membeli bahan pangan dari negara mana, harus mengeluarkan biaya sebanyak apa untuk mendapatkan bahan pangan yang berkualitas. Karena dengan tingginya teknologi yang digunakan, juga bisa meningkatkan mutu hasil pertanian. Dan lagi, coba lakukan survei ke pasar dan  ke supermarket, perbandingan harga yang diberikan untuk sayur mayur saja sangat berbeda. Tentunya lebih murah produk lokal.

Masih sangat banyak fikiran yang tidak bisa tertuangkan satu persatu di dalam proyek esai ini. Di setiap kepala masyarakat Indonesia pasti memiliki pemikiran tersernidiri perihal bangsa kita. Di setiap hati masyarakat juga pasti ada rasa ingin merasakan perubahan yang dapat menengakan hidup mereka. Di setiap mata masyarakat juga pastinya selalu ada harapan untuk dapat melihat Indonesia yang bisa membusungkan dadanya di depan negara maju lainnya. Mulai sekarang, ada baiknya kita agar dapat saling bergotong-royong membangun bangsa ini, membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
“NKRI HARGA MATI”
“CINTAILAH PRODUK-PRODUK INDONESIA”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rangkuman Berapresiasi Seni Rupa K13

Ragam Musik Tradisional Musi Banyuasin

Pemanfaatan Produk dan Jasa Perbankan